Wednesday 14 January 2015

MAKALAH TANAMAN CABAI TRANSGENIK TAHAN TERHADAP CUCUMBER MOSAIC VIRUS (CMV)


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
   Tanaman cabai  (Capsicum  annum  Var.)  merupakan  salah  satu  komoditas  hortikultura  yang  memiliki nilai  ekonomi  penting  di  Indonesia.  Cabai merupakan  tanaman  perdu  dari  famili  terongterongan yang  memiliki  nama  ilmiah  Capsicum  sp.  Cabai berasal  dari  benua  Amerika  tepatnya  daerah  Peru dan menyebar ke negaranegara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.           
Tanaman  cabai mempunyai banyak  ragam  tipe  pertumbuhan  dan  bentuk  buahnya.  Diperkirakan  terdapat  20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat  pada  umumnya  hanya  mengenal  beberapa  jenis  saja,  yakni  cabai besar,  cabai keriting, cabai rawit  dan  paprika.  Secara  umum  cabai memiliki  banyak  kandungan  gizi  dan  vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain  digunakan  untuk  keperluan  rumah  tangga,  cabai juga  dapat  digunakan  untuk  keperluan industri  diantaranya,  Industri  bumbu  masakan,  industri  makanan  dan  industri  obatobatan  atau jamu.  Buah  cabai ini  selain  dijadikan  sayuran  atau  bumbu  masak  juga  mempunyai  kapasitas menaikkan  pendapatan  petani.  Disamping  itu  tanaman  ini  juga  berfungsi  sebagai  bahan  baku industri, yang memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja.
Upaya peningkatan produktifitas tanaman cabai telah banyak dilakukan mulai dari modifikasi dalam teknik budidaya, pengelolaan hama dan penyakit, hingga teknologi genetika. Hama dan penyakit tanaman masih menjadi faktor pembatas yang sangat berpengaruh dalam proses budidaya tanaman cabai. Penyakit yang menyerang tanaman dapat disebabkan oleh beberapa patogen diantaranya yaitu virus, bakteri, cendawan, dan nematoda.Salah satu tanaman yang terserang adalah tanaman cabai.
Penyakit yang disebabkan oleh virus, diantaranya cucumber mosaic virus (CMV), tobacco etch virus (TEV), tobacco mosaic virus (TMV), potato virus Y (PVY), dan chilli veinal mosaic virus (CVMV).  Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup sulit dikendalikan. Upaya pengendalian penyakit oleh virus menggunakan insektisida untuk rnenekan populasi serangga vektor ternyata kurang efektif dan berdampak negatif terhadap lingkungan dan konsumen rnelalui pencemaran dan residu pada hasil panen.
Penyakit cucumber mosaic virus (CMV) merupakan penyakit yang sering menyerang dan penting pada tanaman cabai. Pengendaliannya cukup sulit karena keragaman genetika CMV yang tinggi sehingga sulit menemukan jenis cabai yang tahan, kisaran tanaman inang CMV yang luas, dan CMV dapat ditularkan oleh berbagai jenis kutu daun secara nirpersisten. Sifat CMV yang demikian rnerupakan kendala bagi penerapan pengendalian baik secara kultur teknik maupun kimiawi (Akin 2005).
Penggunaan bioteknologi bukan untuk menggantikan metode konvensional tetapi bersama-sama menghasilkan keuntungan secara ekonomi. Penggunaan metode konvensional dengan teknologi tinggi memaksimumkan keberhasilan program perbaikan pertanian. Bioteknologi harus diintegrasikan ke dalam pendekatan-pendekatan konvensional yang sudah mapan. Bioteknologi berkembang dengan cepat di berbagai sektor dan meningkatkan keefektifan cara-cara menghasilkan produk dan jasa (Sunarlim & Sutrisno 2003).
Bentuk rekayasa genetika dimanfaatkan dalam pembuatan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama ataupun penyakit tanaman. Tanaman transgenik adalah tanaman yang ditransfer atau disisipkan sebuah gen dari spesies lain secara sengaja, sehingga memperoleh tanaman yang diinginkan, khususnya tanaman yang tahan terhadap hama atau penyakit. Upaya perakitan tanaman cabai transgenic merupakan salah satu alternatif solusi pengendalian yang ramah lingkungan serta lebih efektif dalam menangani penyakit CMV.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu virus mosaic ketimun?
2.      Bagaimana rekayasa genetika tanaman cabai?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Virus Mosaik Ketimun (CMV)
                   Virus mosaik ketimun adalah virus tanaman yang berbentuk  polyhedral dengan diameter 28 nm, menginteksi lebih dari 775 spesies tumbuhan dalam 67 famili dan dapat ditularkanoleh75 spesies afid secara non-persistent (MurantdanMayo, 1982).
                   Virus mosaic ketimun mempunyai kisaran inang yang sangat luas, terdapat pada tanaman sayuran, tanaman hias dan tanaman buah-buahan. Selain menyerang tanaman ketimun, virus mosaic ketimun juga dapat menyerang melon, labu, cabai, bayam, tomat, seledri, bit, tanaman polong-polongan, pisang, tanaman famili Crucitereae, delphinium, gladiol, lili, petunia, zinia dan beberapa jenis gulma (Agrios,1988).
Di beberapa negara, virus mosaik ketimun telah menyebabkan penyakit yang berat pada tanaman tertentu. Virus mosaic ketimun terdapat hampir di semua negara dan strain yang berbeda sifat biologinya telah dilaporkan dari berbagai tempat. Virus mosaik ketimun mempunyai banyak strain, oleh karena itu mempunyai jumlah inang yang banyak serta gejala yang ditimbulkan beragam.
Virus mosaik ketimun mempunyai tiga genom RNA untai tunggal yang disebut RNA-1, RNA-2 dan RNA-3, serta RNA-4 yang merupakan sub genom dari RNA-3. bobot molekulnya (X 106) masing-masing adalah 2.7,1.13,0.82 dan 0.36 (Takanami, Kubo dan Imaizumi, 1977). RNA-1 dan RNA-2 adalah bagian yang terpisah, tetapi RNA-3 dan RNA-4 terbungkus bersama (Lot dan Kaper, 1976). Selain komponen RNA tersebut, juga dilaporkan komponen lain denganbobotmolekul (X106) adalah 0.26 (RNA-4a) , 0.11 (RNA-5), 0.01-0.05 (RNA-6) dan 0.5 (RNA-X) (Peden dan Symons, 1973). Hanya RNA-5 yang telah banyak dipelajari lebih lanjut (Murant dan Mayo, 1982).
RNA-5 adalah salah satu satelit RNA dari virus mosaic ketimun, karena multiplikasinya bergantung pada virus mosaic ketimun serta tidak esensial untuk replikasi virus mosaik ketimun (Murant dan Mayo, 1982). Untuk membedakan dengan RNA lain, maka satelit RNA-5 yang terdapat pada virus mosaic ketimun disebut CARNA (=RNA-5 yang berasosiasi dengan CMV) (Kaper dan Tousignant, 1977).
Jumlah satelit RNA-5 yang terdapat  pada virus mosaik ketimun sangat beragam, bergantung pada strain virus mosaik ketimun sebagai virus penolong dan spesies tanaman inang. Pada kebanyakan isolat virus mosaik  ketimun jumlah satelitnya sedikit dan sering tidak terdeteksi bila diperbanyak pada Cucurbita papo, tetapi meningkat jumlahnya setelah ditularkan ulang pada Nicotiana tabacum (Kaper dan Tousignant, 1977). Dengan meningkatnya jumlah satelit, jumlah virus penolong dan infektifitasnya menurun. Hal ini disebabkan adanya persaingan RNA satelit dengan RNA virus mosaik ketimun dalam replikasinya (Murant dan Mayo, 1982).
Pada tahun 1977 isolat CMV (S) yang mengandung RNA satelit ditemukan merangsang penyakit nekrotik fetal  pada tomat (Lycopersicon esculentum) menggantikan gejala klorosis dan daun pakis (fern-leaf) yang secara normal merupakan gejala yang disebabkan oleh CMV (S) sendiri (Murant dan Mayo, 1982).
Pada dua strain virus mosaic ketimun lain, penambahan RNA satelit ke inokulum virus mosaic ketimun menyebabkan gejala nekrotik berat yang sama pada tomat, tetapi menyebabkan pelemahan gejala pada cabai (Capsicum frutescens), jagung manis (Zea mays), tembakau dan beberapa inang lain. Strain CMV (JY) yang mengandung satelit RNA menyebabkan nekrotik letal I pada tomat, tetapi juga menyebabkan mosaic kuning yang jelas pada tembakau dan beberapa spesies Nicotiana yang lain. Sedangkan gejalanya tanpa satelit  adalah mosaik  kuning (Takanami,1981) (Siregar, 2003).

B.     Rekayasa Genetika Tanaman Cabai
Untuk rekayasa genetika tanaman cabai, dapat dilakukan dengan cara berikut:
1.      Konstruksi Gen CP CMV pada Agrobacterium
      Teknik rekayasa genetika merupakan salah satu teknik yang menjanjikan untuk mendapatkan tanaman yang resisten terhadap penyakit virus.Tanaman cabai transgenik yang tahan terhadap CMV merupakan tanaman cabai yang mengandung gen ketahanan virus (coat protein PVY/CP PVY) (Siregar, Khardinata 2005).Untuk memperoleh gen ketahanan terhadap CMV (gen CP CMV) yang siap diintroduksikan ke dalam genom tanaman cabai, diperlukan pekerjaan yang meliputi isolasi, kloning, dan konstruksi gen ketahanan.
      Alat dan bahan yang digunakan dalam mengonstruksi gen ketahanan ini antara lain primer spesifik berdasarkan urutan nukleotida spesifik CP CMV, vector plasmid, vector transformasi, enzim restriksi, enzim ligase, E. coli DH5, primer M13, pCAMBIA 1301, pCAMBIA 1304, Agrobacterium EHA101, Agrobacterium EHA105, antibiotik tetracycline, rifampicin, kanamycin, dan alat-alat untuk pekerjaan molekuler.
      Metode-metode yang dilakukan dalam merakit gen ketahanan CP CMV meliputi disain primer oligonukleotida gen CP CMV, ekstraksi RNA total dari sampel tanaman, proses RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) CP CMV, kloning dan konstruksi gen CP CMV pada plasmid vektor, transformasi plasmid rekombinan, seleksi klon positif, dan kontruksi vektor transformasi.Dalam perakitan gen ketahanan CMV, disain primer oligonukleotida gen CP CMV digunakan untuk menentukan sekuen yang spesifik untuk CP CMV. Kemudian proses RT-PCR dilakukan untuk pembentukan cDNA CP CMV.  Selanjutnya, dilakukan kloning untuk memperoleh klon bakteri yang mengandung plasmid rekombinan antara cDNA CP CMV dengan plasmid vektor.  Kloning cDNA CP CMV dilakukan dengan meligasikannya ke dalam plasmid vektor pGEM-T Easy (Promega) sehingga akan diperoleh plasmid rekombinan yang terdiri dari DNA plasmid dan cDNA CP CMV. Plasmid rekombinan kemudian ditransformasikan ke dalam Escherichia coli DH5 yang kompeten dan bakteri tersebut dikulturkan pada media seleksi LB yang mengandung ampisilin dan X-gal.Klon bakteri yang tumbuh (klon positif) merupakan klon hasil seleksi yang mengandung DNA CP CMV. Klon positif ini selanjutnya diambil untuk diamplifikasi dan dideteksi dengan elektroforesis gel agarosa untuk melihat adanya insersi dan ukuran DNA. Pemotongan dilakukan menggunakan enzim Ncol.Untuk konstruksi vektor transformasi, DNA CP CMV dari bakteri klon diinsersikan ke dalam plasmid pCAMBIA 1301 yang mengandung promoter kuat 35S untuk tanaman. Plasmid pCAMBIA 1301 yang mengandung gen CP CMV ini kemudian dipindahkan ke dalam Agrobacterium tumefaciens strain EHA101 dan EHA105 dengan sistem tri parental mating menggunakan bakteri penolong HB101 (pRK2013). Selanjutnya, bakteri A. tumefaciens diseleksi dengan menggunakan antibiotik penyeleksi.

2.      Introduksi Gen CP CMV
      Introduksi gen CP CMV ke dalam genom tanaman cabai dilakukan pada eksplan daun tanaman cabai berumur 21 hari yang dikokultivasi dengan kultur bakteri Agrobacterium dengan cara merendam eksplan di dalam suspensi bakteri selama 5 menit.  Eksplan yang telah diberi perlakuan perendaman suspensi bakteri akan dikulturkan pada media regenerasi, yaitu media dasar MS (Murashige & Skoog) yang ditambahkan zat pengatur tumbuh BAP dan IAA, antibiotik penyeleksi (Kanamycin) dan antibiotik cefotaxime untuk membunuh Agrobacterium.  Eksplan disubkultur ke dalam media seleksi dan semua kultur diinkubasikan dalam ruangan kultur dengan intensitas penyinaran 1000-1500 lux selama 24 jam dengan suhu ruang diatur sehingga berkisar antara 26-28 ÂșC.  Hasil kultur eksplan yang berhasil tumbuh pada media seleksi akan dilanjutkan ke tahapan analisis molekuler tanaman transgenik.  Tanaman yang berhasil tumbuh pada media seleksi merupakan tanaman yang berhasil direkayasa atau sudah menjadi calon tanaman transgenik.
      Analisis molekuler tanaman transgenik dilakukan untuk membuktikan adanya integrasi gen CP CMV yang diintroduksikan ke dalam tanaman cabai.  Deteksi integrasi gen nptll dan gen CP CMV dilakukan dengan teknik PCR.  Gen nptll ini adalah gen tahan antibiotik sehingga eksplan dapat tumbuh dalam media seleksi.

3.      Uji Tanaman Transgenik
      Tahap terakhir dari perakitan tanaman transgenik ini yaitu dengan uji ketahanan dan pola pewarisan sifat dari tanaman transgenik.  Uji ketahanan ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan tanaman transgenik yang diperoleh terhadap strain virus CMV.  Tanaman transgenik yang berhasil menjadi tanaman sempurna di media seleksi (R0) akan diaklimatisasi pada pot di rumah kasa tertutup.  Kemudian benih yang diperoleh dari tanaman R0 merupakan benih R1 atau generasi F1.Tanaman R1 digunakan sebagai tanaman pengujian.Tanaman R1 diinokulasikan CMV secara mekanik, kemudian tiga minggu setelah inokulasi daun pucuk tanaman cabai dianalisis dengan teknik ELISA (Enzym Link Immunosorbant Assay).  Tanaman yang telah teruji ketahananya selanjutnya harus diketahui pola pewarisan dari gen CP CMV pada tanaman transgenik cabai.  Pola pewarisan sifat pada tanaman cabai transgenik yang diperoleh dilakukan pengujian sampai keturunan R2 (generasi F2).  Kegiatan pemuliaan hingga R2 akan dapat mengetahui kestabilan integrasi gen CP CMV yang diinsersikan pada genom cabai.
      Teknik rekayasa genetik merupakan salah satu cara yang menjanjikan untuk mendapatkan tanaman yang resisten terhadap penyakit virus. Gen ketahanan tersebut berasal dari virus sendiri, yaitu gen CP CMV dan gen tersebut dimasukkan ke dalam genom tanaman cabai (Siregar 2005). Tiga komponen kunci rekayasa genetik untuk mendapatkan tanaman cabai transgenik tahan virus adalah tersedianya gen antivirus (gen CP CMV), tersedianya cara introduksi gen CP ke dalam genom tanaman cabai dan regenerasi cabai transgenik, serta ekspresi gen CP pada tanaman transforman (Siregar 2005).

4.      Pola Pewarisan Gen CP CMV pada Tanaman Cabai
        Pola pewarisan gen CP CMV yang terdapat pada tanaman transgenik dipelajari untuk mengetahui bagaimana pewarisan gen CP CMV. Studi pola pewarisan gen CP CMV pada tanaman cabai transgenik yang diperoleh akan dilakukan sampai keturunan R2. Kegiatan penelitian ini juga akan dapat mengetahui kestabilan integrasi gen CP CMV yang diinsersikan pada genom tanaman cabai (Siregar dan Emmy, 2005).





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
       Perakitan tanaman cabai transgenik tahan terhadap penyakit Cucumber Mosaic Virus (CMV) dilakukan melalui konstruksi gen ketahanan CP CMV, kemudian transformasi gen ke dalam gen Agrobacterium tumefaciens, lalu introduksi gen ke dalam genom tanaman cabai. Tanaman cabai yang telah diitroduksi genom, kemudian diuji ketahanannya terhadap CMV dan pewarisan sifat gen CP CMV-nya.

           














DAFTAR PUSTAKA
Sri Pujiyanto. 2012. Menjelajahi Dunia Biologi. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri